Kisah inspiratif sekaligus menyentuh datang dari dunia pendidikan dan aviasi.
Seorang pria yang dulu dikenal sebagai siswa jahil di sekolah, kini berdiri gagah sebagai pilot profesional. Yang membuat momen ini makin haru, ia berkesempatan menerbangkan pesawat yang dinaiki oleh guru SD-nya sendiri — sosok yang dulu paling sering ia buat kesal di kelas.
Sang Guru Tak Sadar, Sampai Diperkenalkan di Kokpit
Saat menaiki pesawat untuk penerbangan domestik itu, sang guru — Bu Rini (bukan nama sebenarnya) — tidak menyadari siapa yang berada di balik kokpit.
Namun, sebelum lepas landas, pramugari memanggilnya ke depan. Di situlah ia bertemu sang pilot, yang langsung tersenyum sambil berkata,
“Bu, ingat saya? Saya murid Ibu yang dulu paling jahil di bangku belakang.”
Seketika, suasana menjadi haru. Sang guru pun tertegun dan memeluk mantan muridnya itu sambil menahan air mata.
Dulu Sering Dimarahi, Kini Diterbangkan dengan Bangga
Menurut cerita sang pilot, semasa sekolah ia sering membuat gurunya marah karena kerap mengganggu teman, telat masuk kelas, hingga lupa mengerjakan PR.
Namun, Bu Rini tak pernah menyerah. Ia tetap membimbing dengan sabar dan terus mendorong si murid untuk berubah.
Berkat dorongan itulah, sang siswa mulai bertekad memperbaiki diri, hingga akhirnya berhasil menggapai cita-cita menjadi seorang pilot profesional.
Pelajaran Hidup: Guru Tak Pernah Tahu Sejauh Apa Ia Menginspirasi
Momen ini pun jadi viral di media sosial setelah direkam secara diam-diam oleh penumpang lain.
Warganet ramai-ramai menuliskan komentar positif dan membagikan kisah ini sebagai contoh nyata bahwa pendidikan bisa mengubah masa depan seseorang.
Tak sedikit juga netizen yang ikut terharu, mengingat kembali guru-guru yang pernah mereka anggap remeh, namun ternyata berjasa besar dalam hidup mereka.
Momen ini membuktikan bahwa perubahan besar bisa datang dari seseorang yang dulu dianggap “bermasalah”.
Kesimpulan: Dari Murid Bandel Jadi Sosok yang Membanggakan
Mantan siswa jahil itu kini menjadi kebanggaan, bukan hanya bagi keluarganya, tapi juga bagi gurunya yang dulu tak pernah lelah mendidik.
Pertemuan di atas pesawat itu bukan sekadar kejutan, tapi simbol bahwa didikan penuh kasih tidak pernah sia-sia.
Karena pada akhirnya, tak ada murid yang sepenuhnya “nakal”.
Yang ada hanyalah anak-anak yang butuh dipahami, dibimbing, dan diyakini bahwa mereka bisa menjadi luar biasa.



